Home » » Jalan-Jalan ke Malaysia

Jalan-Jalan ke Malaysia

jalan jalan ke malaysia
Jalan-jalan ke Malaysia.
Satu bulan tanpa goresan pena dan dongeng sepakbola mirip yang kami katakan kemarin, juga sebab kami sedang berliburan. Tepatnya ke negeri jiran Malaysia. Sudah pasti tidak ketinggalan mengunjungi salah satu kawasan wisata terkenal di Asia yakni Genting Highland. Jangan berpikir selalu berafiliasi dengan yang namanya kasino meski di sana ada kasinonya. Kami murni berekreasi meski sempat iseng-iseng mengadu peruntungan di sana. Sebagai hadiah atau buah tangan selama tiga ahad vakum tersebut, inilah ulasan dari kami yang dijamin pasti menambah ilmu dan wawasan. Semoga bermanfaat dan mampu dijadikan tumpuan bagi yang belum pernah ke Malaysia khususnya Kuala Lumpur.

Malaysia, Here We Come!

Jika sudah 2 tahun kita tidak pernah ke Kuala Lumpur, pasti akan terasa banyak perubahan bahkan sedikit membingungkan. Kemarin saja kami menemukan banyak perubahan. Mulai dari suasana dan tatakota, pembangunan MRT di Kuala Lumpur, bandara yang gres (KLIA 2) bahkan termasuk kawasan liburan Genting Highland yang sedang berbenah.

Kami berangkat menggunakan pesawat Lion Air. Untuk tiket PP (pulang pergi) satu orang kurang lebih Rp 1.000.000. Lebih murah ke luar negeri daripada berliburan di dalam negeri. Berangkat dapat harga tiket sekitar Rp 380.000 dari Jakarta, sedangkan untuk pulang seharga Rp 580.000. Soal harga tiket pulang yang lebih mahal tolong-menolong sudah biasa. Praktek urusan ekonomi memang selalu memberlakukan tarif demikian sebab kita dipastikan membutuhkan tiket pulang. Otomatis berapapun harganya akan kita beli. Tak ubahnya mirip waktu kita mudik ketika lebaran atau bagi rekan kita warga Tionghoa di program Cen Beng alias sembahyang kubur. Waktu pulang ke kampung halaman masih terjangkau tetapi begitu arus baliknya mampu 2x lipat harga tiketnya.

Biar lebih aman dan lebih hemat, kami selalu beli tiket PP. Kami memastikan dulu kira-kira akan berlibur seberapa lama. Membeli tiket PP juga akan mencegah jikalau misalnya kita iseng-iseng ke kasino Genting lalu terjerembab dan kalah habis, toh masih mampu pulang ke Indo. Sebab tiket sudah kita miliki. Kurang lebih mirip itu pertimbangannya. Namun kalau kita punya banyak duit atau kartu kredit masih full limit, tentu tidak perlu dipermasalahkan. Yang harus Anda ketahui dalam membaca setiap ulasan kami yakni bahwa kami selalu menempatkan diri pada posisi bahwa kita hidup biasa-biasa saja atau uang itu susah dicari. Bagi Anda yang merasa bahwa uang itu gampang dicari atau punya orang bau tanah koruptor, tentu tidak perlu terlalu mendengarkan saran kami. Sebab uang masih mengalir kencang mirip kran air. Kalau kami sih, percuma mampu menghasilkan Rp 100 juta sehari sementara mampu menghabiskan Rp 105 juta. Ini sama saja bohong. Besar pasak daripada tiang.

Cukup Paspor, Tiket dan Uang Saku

Melancong ke negara-negara yang menjadi anggota ASEAN, sudah tidak membutuhkan visa. Cukup siapkan paspor, beli tiket serta sedikit uang saku. Pokoknya gampang. Uang saku ini tentu saja sudah termasuk uang menyewa kamar hotel, makan-makan, naik angkutan kota, beli oleh-oleh, dsb. Tiap orang mampu berbeda-beda kebutuhan uang sakunya. Kalau menginap di hotel mahal tentu saja semakin besar uang saku yang harus disediakan. Tetapi banyak kok hotel-hotel murah di Kuala Lumpur kurang lebih 70-90 ringgit semalam. Tentu ini hotel kelas penginapan.

Menurut kami, ke Singapore atau Malaysia tidak perlu membawa koper yang besar dan berat kecuali berkunjung ke beberapa negara sekaligus. Jangankan koper, tali pinggang serta beberapa peralatan elektronik pun mampu merepotkan. Akan diminta dicopot untuk diperiksa demi alasan keamanan. Jika terlalu banyak barang yang kita bawa ujung-ujungnya mampu menambah biaya bagasi. Koper atau tas yang memuat 3 lusin pakaian sudah lebih dari cukup apalagi jikalau kita berencana begitu turun dari KLIA 2 eksklusif ke Genting Highland. Belum tentu di Genting Highland akan menerima kamar hotel. Lalu ke mana tas atau koper besar tersebut akan kita bawa? Sangat merepotkan. Memang ada loker yang mampu disewa dalam hitungan per 3 jam, tetapi ukurannya juga terbatas dan letaknya yang agak jauh dari beberapa lokasi yang mungkin ingin kita kunjungi. Kalau koper kita terlalu besar tidak akan muat. Loker kawasan penyimpanan tersebut lebih cocok buat tas, bukan koper. Sebab koper susah ditekuk-tekuk.

Jangan lupa membawa sandal jepit. Kuala Lumpur sangat cocok buat dikelilingi dengan berjalan kaki. Beda 180 derajat dengan Jakarta yang macet, penuh abu dan polusi. Kuala Lumpur relatif masih segar udaranya sebab memang jumlah penduduk yang lebih sedikit serta angkutan umum yang lebih bagus. Otomatis jarang orang berlomba-lomba membeli kendaraan beroda empat mirip di Jakarta, Medan, Bandung atau Surabaya. Kalau di Indonesia semakin banyak kendaraan beroda empat semakin merasa besar hati meski harus kredit serta dikejar-kejar tukang tagih. Di Kuala Lumpur boleh dibilang model atau tampang mobil-mobil di sana sedikit kuno dibandingkan Indonesia. Taksinya pun kendaraan beroda empat keluaran lama semua. Bukan berarti tidak ada orang kaya di sana melainkan mungkin orientasi atau achievement penduduk di sana berbeda dengan penduduk di Jakarta atau Surabaya. Ada orang yang merasa kalau punya kendaraan beroda empat bagus gres mampu happy atau gres mampu menerima pacar yang cantik. Padahal belum tentu juga demikian. Buktinya banyak cowok bermodalkan sepeda motor namun pacarnya rupawan mirip model catwalk. Atau ada yang naik sedan mewah tetapi mukanya duka sementara banyak yang bercanda tawa di dalam angkot atau bus kota. Lha, ini sebab apa?

Saran kami, belilah sandal jepit murah dan ringan buatan China yang mirip produk Crocs. Tapi jangan beli Crocs bajakan loh. Mirip boleh asal mereknya berbeda. Tidak bagus - meski merupakan kejahatan - menggandakan atau melanggar hak cipta sebab sama saja menyengsarakan generasi sendiri. Nanti percuma sekolahin anak kita pintar-pintar sampai ke Amerika atau Australia untuk menemukan ini dan itu toh ujung-ujungnya juga akan dibajak orang. Buat apa? Lingkaran setan. Menurut kami beli sandal atau sepatu tidak perlu mahal-mahal sebab untuk diinjak-injak bahkan mampu menginjak kotoran anjing. Asal nyaman dipakai dan terlihat keren, sudah lebih dari cukup. Mengikuti tren atau agar dipuja-puja orang tidak akan pernah ada habisnya. Ini masuk perangkap permainan psikologis insan (gengsi) atau masuk perangkap orang-orang marketing.

Bersambung.....
 

0 comments:

Post a Comment