Home » , » Arbitrage Trading Dalam Bola, Mungkinkah?

Arbitrage Trading Dalam Bola, Mungkinkah?

arbitrage trading taruhan bola
Arbitrage trading taruhan bola.
Pernahkan Anda mendengar yang namanya "arbitrage trading"? Apa maksudnya? Jika arbitrage trading begitu hebat, apakah mungkin diaplikasikan dalam taruhan bola? Kalau memang memungkinkan, bagaimana caranya dan mirip apa? Inikah ilmu yang dijual orang dengan tarif puluhan juta berikut software-nya untuk menang taruhan bola secara pasti? Kami akan mengajak Anda untuk berpikir serta membahas hal ini dalam dua artikel bersambung. Kami yakin Anda akan menyesal jikalau melewati yang satu ini.

Arbitrage Trading

Arbitrage trading (diterjemahkan: arbitrase perdagangan atau transaksi arbitrase) yaitu sebuah istilah yang biasanya dijumpai pada pasar keuangan mirip jual beli obligasi, transaksi bursa saham, valuta asing, komoditi, mata uang serta produk-produk derivatif lainnya. Produk derivatif itu sendiri yaitu produk yang biasanya diciptakan oleh lembaga keuangan, perbankan dan afiliasinya untuk menciptakan uang yang tidak aktual namun memiliki dampaknya. Agak susah untuk dijelaskan alasannya yaitu produk ini menyerupai bayangan di waktu malam. Apakah di malam hari tidak ada bayangan? Tentu saja ada tetapi susah melihatnya bukan? Pokoknya yang mengandung risiko-risiko investasi gitu deh meski bukan secara fisik bentuknya.

Arbitrage trading memanfaatkan kelemahan dua pasar atau lebih (pasar keuangan). Kelemahan ini mampu karena faktor sengaja diciptakan atau memang terjadi dengan sendirinya. Kelemahan yang terjadi di kedua market inilah yang diambil dengan cara membenturkannya secara langsung. Tentu saja ini sebuah istilah investasi yang rumit untuk diterangkan. Biar terperinci kami berikan saja pola kasusnya.

Dunia Saham

Misalnya ada perusahaan Indonesia yang melisting sahamnya di dua bursa. Katakanlah bursa efek Jakarta (BEJ) dan New York Stock Exchange (NYSE). Tujuan dilisting alias dipasarkan ini mampu macam-macam. Kalau secara teori sih untuk mencari modal. Tapi prakteknya mampu mencuci uang atau bahkan mencari untung dari arbitrage trading ini menggunakan pihak ketiga. Beberapa koruptor pun sering menggunakannya untuk melarikan uang hasil korupsi mereka.

Kita ambil pola misalnya saham PT Telkom (TLKM). Misalnya di BEJ dijual dengan harga Rp 11.000 per saham. Sementara di NYSE arahan saham TLKM itu dihargai dengan nilai misalnya Rp 11.100. Nah, dengan membelinya di BEJ lalu dijual ke NYSE sudah terperinci mengantongi keuntungan Rp 100 per lembar saham bukan? Kaprikornus boleh dibilang beli di sini jual di sana, beli di sana jual di sini. Gampang bukan? Sampai di sini Anda paham cara kerjanya? Pokoknya dua market dibenturkan sedemikian rupa.

Tetapi itu hanya pola kasarnya saja. Untuk transaksi saham yang bahwasanya tidak sesederhana itu. Kalau segitu gampang, tentu saja semua orang akan memborong saham lalu menjualnya. Yang jualan sapi ikut main saham, yang buka toko kelontong ikut main saham, yang bertaruh bola juga pada main saham, dsb. Habis gampang banget cari duit: tinggal beli di sana jual di sini. Tidak sesederhana itu!

Ada banyak sekali faktor penentunya atau gangguannya dan salah satunya yaitu jam operasional kedua bursa saham harus berbeda waktu sempurna 12 jam. Dalam arti kata jikalau di sana tutup, di sini buka; di sana buka, di sini tutup. Mengapa harus demikian? Supaya ketika transaksi tersebut dijalankan, tidak ada yang mampu mencegahnya. Konon BEJ dan NYSE memiliki perbedaan waktu yang mirip itu. Jika di Jakarta orang-orang mulai berangka bekerja, di New York orang-orang mulai pulang kerja. New York pagi hari maka di Jakarta malam hari. Di Jakarta orang pada dugem, di New York orang pada makan siang. Kurang lebih mirip itu. Dan tidak semua negara atau kota mampu menemukan perbedaan waktu yang pas 12 jam.

Dengan perbedaan waktu ini membuat ketika kita sudah membeli sebuah saham di BEJ dan sudah ditutup dengan harga sekian di hari itu, mampu pribadi kita lemparkan ke bursa NYSE karena pada dikala BEJ tutup, NYSE gres buka. Begitu juga beli di NYSE lalu jual di BEJ. Coba misalnya sama-sama buka atau sama-sama tutup, tentu tidak mampu bukan? Karena semuanya akan saling mengawasi dan mengontrol. Kurang lebih begitu contohnya untuk saham. Silakan dipelajari kembali.

Dunia Valas

Sekarang kita contohkan lagi dengan produk mata uang. Misalnya nilai tukar antara mata uang Inggris pound sterling (£), dollar Amerika ($) dan yen Jepang (¥). Kita kesampingkan dulu biaya tukarnya atau alias sudah potong bersih. Jika di London di sebuah kantor money changer mengenakan kurs:

£ 5 = $ 10
$ 10 = ¥ 1000

sementara di kota Tokyo ada sebuah money changer terpampang di plang:

¥ 1000 = £ 6
¥ 1000 = $ 12

tentu saja ini bertanda baik. Mengapa? Kita tinggal membeli yen di London lalu kita tukarkan di Tokyo. Membeli 1000 yen di London cukup membayar 10 dollar Amerika. Sementara kalau kita tukarkan kembali di Tokyo, kita menerima 12 dollar. Kaprikornus masih untung 2 dollar. Luar biasa bukan?

Kurang lebih itulah dua pola kasus arbitrage trading yang sangat disukai banyak investor dan spekulan. Tentu saja untuk kedua pola di atas (transaksi jual beli saham atau mata uang) ada pengecualiannya dan tidak sesederhana itu. Pemerintah dengan aneka macam regulasinya juga mengatur atau menutup banyak celah yang mampu dilakukan si pencari untung (gold digger) tersebut. Yang pasti sampai dikala ini arbitrage trading masih dilakukan orang bahkan selalu diincar untuk dicari kelemahannya. Bahkan banyak yang menciptakan kegiatan software trading-nya. Jika sudah ketemu maka uang pun mengalir dengan mudah sendirinya.

Nah, bisakah arbitrage trading ini dipraktekkan di bursa taruhan bola khususnya bursa taruhan bola online? Mengapa ada yang mengajarkannya dengan fee di atas puluhan jutaan rupiah? Benarkah tanpa risiko dan pasti dijamin untung? Jangan lewatkan pembahasan berikutnya.

0 comments:

Post a Comment